Symbian adalah sistem operasi ponsel cerdas yang kini menguasai dunia. Hingga Februari 2010, platform Symbian telah dikembangkan lebih dari 10 tahun dan telah dibenamkan di lebih dari 330 juta perangkat di seluruh dunia.
Laju Symbian di ponsel pintar tidak terkejar oleh sistem operasi lainnya karena kekuatan sistem operasi yang membolehkan developer luar membangun aplikasi di ponsel Symbian.
Maka, ribuan aplikasi gratis dan berbayar lahir dari para developer software di penjuru dunia. Inilah yang membuat ponsel Symbian kaya akan konten dan pengguna Symbian adalah pribadi-pribadi yang suka ngoprek.
Walaupun ada yang memperkirakan sistem operasi Android bakal nomor dua di bawah Symbian pada tahun 2013, Symbian tampak masih menjadi kekuatan mumpuni. Apalagi, sesuai janji para petinggi Nokia, tahun 2010, Symbian Foundation sudah secara penuh melepas sistem operasi itu sebagai kode terbuka (open source).
Symbian identik dengan ponsel pintar dari Nokia. Namun, bukan Nokia saja yang sebenarnya menggunakan Symbian.
Symbian Foundation, lembaga yang bertugas mengurusi persiapan Symbian ke open source, adalah organisasi nonprofit yang diumumkan 24 Juni 2008. Nokia menggandeng Sony Ericsson, Motorola, NTT DoCoMo, AT&T, LG Electronics, Samsung Electronics, STMicroelectronics, Texas Instruments, Vodafone, dan beberapa deretan brand lain untuk mengerek Symbian.
Selain dana, Nokia memberi kontribusi Symbian OS dan S60 untuk Symbian Foundation. Sony Ericsson dan Motorola tak mau kalah, mereka menyumbang kode andalan mereka, yaitu UIQ. NTT DoCoMo memberi kontribusi MOAP (S).
Dengan modal itu, masa depan Symbian Foundation harusnya bisa lebih menggebrak pasar. Spekulasi memang merebak kalau aliansi Symbian itu untuk menghadang Android.
Namun, dalam sebuah kesempatan, Bob Iannucci yang saat itu menjabat Senior Vice President Chief Technology Officer Nokia membantah anggapan tersebut. ”Sudah lama kami berada di bisnis ini. Jadi tidak benar kalau ini respons kami atas Android,” katanya.
Terlambat tampil
Symbian Foundation terlalu lambat bergerak untuk merespons para ”Google Mania” yang terus mengikuti isu Android dan menanti fitur-fitur aplikasi Google untuk berjalan sempurna di ponsel. Jauh sebelum ponsel Android diwujudkan, para komunitas sudah menggalang diskusi soal Android.
Demikian juga di Indonesia. Agus Hamonangan, yang sebenarnya bukan programmer atau ahli teknologi, rajin meng-update informasi teknologi Android dan mendirikan mailing list Indonesia Android Community yang beralamat di id-android@googlegroups.com.
Jauh sebelum ponsel-ponsel Android hadir di Indonesia, komunitas itu sudah meramaikan jagat diskusi internet soal Android. ”Virus” Android pun terus ditularkan. Iklan gratis berupa word of mouth (WOM) soal Android benar-benar berjalan secara sukarela.
”Anggota kami sekarang sekitar 1.200 orang. Ini milis untuk komunitas yang suka ngoprek teknologi Android,” kata Agus. Forum diskusi dan komunitas pengguna Android pun terus tumbuh walaupun ponsel Android secara resmi belum beredar di Indonesia. Mereka gerilya mencari produk tersebut langsung ke luar negeri yang sudah merilis ponsel Android.
Di saat kekosongan ponsel Android itu, ternyata belum terjadi loncatan strategi dari Symbian walaupun Symbian tetap memimpin di segmen sistem operasi ponsel pintar. Ini terjadi karena sistem keanggotaan Symbian Foundation yang tak sepenuhnya terbuka.
Tak mudah mendapatkan kode penuh karena sistem keanggotaan mewajibkan membayar 1.500 dollar AS sehingga developer kecil tak mampu mendapatkan kode secara penuh.
Pada saat Android sudah mencanangkan akan langsung menggratiskan Android, Symbian masih mempersiapkan rencana menggratiskan peranti lunak itu ke open source tahun 2010. Penundaan ini kemungkinan terkait dengan penyelesaian saham di Symbian Limited dan juga persoalan mengintegrasi semua software aplikasi ke dalam Symbian yang baru.
Kekosongan antara tahun 2008 dan tahun 2010 itulah yang dimanfaatkan Android untuk tampil melenggang mencitrakan diri sebagai open source sejati.
Tanggal 4 Februari, menurut situs resminya di Symbian.org, Symbian Foundation resmi merilis platform Symbian di bawah open source. Untuk rilis awal, Symbian baru merilis untuk paket Kernel dan Hardware Services yang gratis diunduh.
Informasinya bisa dilihat di http://developer.symbian.org/wiki/index.php/Category:Platform_Opening. ”Platform Symbian yang telah dibenamkan di lebih dari 330 juta perangkat di seluruh dunia kini resmi dibuka dan gratis,” kata Lee Williams, Executive Director of the Symbian Foundation.
”Komunitas pengembang sekarang sudah diperkuat untuk menghadapi industri bergerak masa depan,” tambah Lee. Secara penuh, semua platform Symbian akan dibuka untuk umum pada pertengahan 2010.
Sayangnya, publikasi rilis open source itu masih minim dan tak menggaung. Kalah dengan gaung Android yang mulai rajin merangkul komunitas.
”Saya baru saja pulang dari Singapura, diundang Google untuk acara Android Developer Labs. Saya tak menyangka diundang. Google tampaknya rajin merangkul komunitas pengguna maupun developer. Mereka juga punya acara Developer Days yang menggalang para developer,” kata Agus Hamonangan dari milis id-android.
Dengan kabar ini, tampaknya pertarungan ponsel pintar akan menarik dan komunitas pengguna serta komunitas pengembang dipastikan bakal menjadi ”rebutan”. Namun, selama berada di jalur open source, Android dan Symbian seharusnya bisa bersaing sehat. Sesama kode terbuka dilarang saling menelikung. sumber kompas.
Laju Symbian di ponsel pintar tidak terkejar oleh sistem operasi lainnya karena kekuatan sistem operasi yang membolehkan developer luar membangun aplikasi di ponsel Symbian.
Maka, ribuan aplikasi gratis dan berbayar lahir dari para developer software di penjuru dunia. Inilah yang membuat ponsel Symbian kaya akan konten dan pengguna Symbian adalah pribadi-pribadi yang suka ngoprek.
Walaupun ada yang memperkirakan sistem operasi Android bakal nomor dua di bawah Symbian pada tahun 2013, Symbian tampak masih menjadi kekuatan mumpuni. Apalagi, sesuai janji para petinggi Nokia, tahun 2010, Symbian Foundation sudah secara penuh melepas sistem operasi itu sebagai kode terbuka (open source).
Symbian identik dengan ponsel pintar dari Nokia. Namun, bukan Nokia saja yang sebenarnya menggunakan Symbian.
Symbian Foundation, lembaga yang bertugas mengurusi persiapan Symbian ke open source, adalah organisasi nonprofit yang diumumkan 24 Juni 2008. Nokia menggandeng Sony Ericsson, Motorola, NTT DoCoMo, AT&T, LG Electronics, Samsung Electronics, STMicroelectronics, Texas Instruments, Vodafone, dan beberapa deretan brand lain untuk mengerek Symbian.
Selain dana, Nokia memberi kontribusi Symbian OS dan S60 untuk Symbian Foundation. Sony Ericsson dan Motorola tak mau kalah, mereka menyumbang kode andalan mereka, yaitu UIQ. NTT DoCoMo memberi kontribusi MOAP (S).
Dengan modal itu, masa depan Symbian Foundation harusnya bisa lebih menggebrak pasar. Spekulasi memang merebak kalau aliansi Symbian itu untuk menghadang Android.
Namun, dalam sebuah kesempatan, Bob Iannucci yang saat itu menjabat Senior Vice President Chief Technology Officer Nokia membantah anggapan tersebut. ”Sudah lama kami berada di bisnis ini. Jadi tidak benar kalau ini respons kami atas Android,” katanya.
Terlambat tampil
Symbian Foundation terlalu lambat bergerak untuk merespons para ”Google Mania” yang terus mengikuti isu Android dan menanti fitur-fitur aplikasi Google untuk berjalan sempurna di ponsel. Jauh sebelum ponsel Android diwujudkan, para komunitas sudah menggalang diskusi soal Android.
Demikian juga di Indonesia. Agus Hamonangan, yang sebenarnya bukan programmer atau ahli teknologi, rajin meng-update informasi teknologi Android dan mendirikan mailing list Indonesia Android Community yang beralamat di id-android@googlegroups.com.
Jauh sebelum ponsel-ponsel Android hadir di Indonesia, komunitas itu sudah meramaikan jagat diskusi internet soal Android. ”Virus” Android pun terus ditularkan. Iklan gratis berupa word of mouth (WOM) soal Android benar-benar berjalan secara sukarela.
”Anggota kami sekarang sekitar 1.200 orang. Ini milis untuk komunitas yang suka ngoprek teknologi Android,” kata Agus. Forum diskusi dan komunitas pengguna Android pun terus tumbuh walaupun ponsel Android secara resmi belum beredar di Indonesia. Mereka gerilya mencari produk tersebut langsung ke luar negeri yang sudah merilis ponsel Android.
Di saat kekosongan ponsel Android itu, ternyata belum terjadi loncatan strategi dari Symbian walaupun Symbian tetap memimpin di segmen sistem operasi ponsel pintar. Ini terjadi karena sistem keanggotaan Symbian Foundation yang tak sepenuhnya terbuka.
Tak mudah mendapatkan kode penuh karena sistem keanggotaan mewajibkan membayar 1.500 dollar AS sehingga developer kecil tak mampu mendapatkan kode secara penuh.
Pada saat Android sudah mencanangkan akan langsung menggratiskan Android, Symbian masih mempersiapkan rencana menggratiskan peranti lunak itu ke open source tahun 2010. Penundaan ini kemungkinan terkait dengan penyelesaian saham di Symbian Limited dan juga persoalan mengintegrasi semua software aplikasi ke dalam Symbian yang baru.
Kekosongan antara tahun 2008 dan tahun 2010 itulah yang dimanfaatkan Android untuk tampil melenggang mencitrakan diri sebagai open source sejati.
Tanggal 4 Februari, menurut situs resminya di Symbian.org, Symbian Foundation resmi merilis platform Symbian di bawah open source. Untuk rilis awal, Symbian baru merilis untuk paket Kernel dan Hardware Services yang gratis diunduh.
Informasinya bisa dilihat di http://developer.symbian.org/wiki/index.php/Category:Platform_Opening. ”Platform Symbian yang telah dibenamkan di lebih dari 330 juta perangkat di seluruh dunia kini resmi dibuka dan gratis,” kata Lee Williams, Executive Director of the Symbian Foundation.
”Komunitas pengembang sekarang sudah diperkuat untuk menghadapi industri bergerak masa depan,” tambah Lee. Secara penuh, semua platform Symbian akan dibuka untuk umum pada pertengahan 2010.
Sayangnya, publikasi rilis open source itu masih minim dan tak menggaung. Kalah dengan gaung Android yang mulai rajin merangkul komunitas.
”Saya baru saja pulang dari Singapura, diundang Google untuk acara Android Developer Labs. Saya tak menyangka diundang. Google tampaknya rajin merangkul komunitas pengguna maupun developer. Mereka juga punya acara Developer Days yang menggalang para developer,” kata Agus Hamonangan dari milis id-android.
Dengan kabar ini, tampaknya pertarungan ponsel pintar akan menarik dan komunitas pengguna serta komunitas pengembang dipastikan bakal menjadi ”rebutan”. Namun, selama berada di jalur open source, Android dan Symbian seharusnya bisa bersaing sehat. Sesama kode terbuka dilarang saling menelikung. sumber kompas.